Bagi sebagian orang yang akrab dengan dunia bisnis, mungkin tidak asing lagi dengan bisnis MLM
atau Multi Level Marketing. Bahkan, orang-orang awam sekalipun tidak
sedikit yang ditawari bisnis MLM ini, karena memang bisnis ini bisa
masuk ke kalangan masyarakat manapun tanpa melihat suku, agama, juga
kelas ekonomi.
Mungkin bisa dibilang, orang-orang biasa
yang bukan pebisnislah yang banyak menekuni jenis usaha ini, karena
memang terlihat sangat gampang dan juga menggiurkan. Makanya, sebuah
bisnis MLM dengan merek tertentu bisa diikuti ratusan ribu hingga jutaan orang.
Bisnis MLM Dan Stigma Negatif Masyarakat Indonesia
Bisnis MLM sendiri mulai berkembang di
Indonesia sekitar awal tahun 1990-an. Salah satu yang paling menarik
dari bisnis ini, yang biasanya membuat banyak orang berminat untuk
menjalaninya, karena pelakunya bisa mendapatkan pasive income yang besar
pada level tertentu dalam waktu yang tidak terlalu lama jika
dibandingkan dengan bisnis konvensional. Pasalnya, bisnis ini
menggunakan sistem level atau tingkatan dalam sebuah jaringan, atau
disebut networking business. Makanya, tidak heran jika bisnis MLM ini
bisa menarik banyak orang dalam waktu yang relatif cepat.
Siapa yang tidak ingin peluang bisnis
dengan iming-iming pasive income besar? Kesuksesan dalam sebuah bisnis
yang ditandai dengan hasil yang banyak dalam bentuk uang ataupun aset,
pastinya menjadi impian banyak orang yang menjalani dunia bisnis.
Sayangnya, tidak semua MLM benar-benar bisa memberikan hasil terbaik
bagi mereka yang telah mencobanya. Hal ini pula yang kemudian membentuk
paradigma negatif mengenai bisnis MLM di tengah-tengah masyarakat saat
ini, sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bisa sangat
mengkhawatirkan dalam bisnis ini.
Bahkan, tidak sedikit orang yang
memvonis bahwa MLM adalah bisnis yang menguntungkan orang-orang tertentu
yang pertama kali bergabung, atau disebut dengan istilah upline. Ada
pula yang menyebut bisnis MLM sebagai bisnis yang menghambur-hamburkan
uang, tanpa bisa diukur kapan keuntungannya bisa didapatkan oleh setiap
orang yang menjalankan bisnis ini. Padahal, pada bisnis MLM yang sehat
telah memiliki sistem yang secara prinsip akan selalu berusaha untuk
membuat setiap pengikut bisnis ini, atau disebut downline, bisa meraih
kesuksesan yang sama seperti yang lainnya.
Pada dasarnya, sistem dalam bisnis MLM
mengharuskan seorang upline untuk terus berusaha membantu dan mendorong
para downline dalam jaringannya, agar bisa naik peringkat dan meraih
kesuksesan sesuai dengan peringkatnya secara berjenjang. Oleh karena
itu, sebuah MLM yang benar-benar sesuai dengan sistem tersebut, akan
terlihat para upline-nya akan bekerja keras dalam membantu para
downline-nya untuk bisa menjadi leader baru dalam jaringan mereka.
Karena, kesuksesan seorang upline juga ditentukan oleh kesuksesan para
downline langsung di bawahnya.
Sayangnya memang, tidak semua upline
dalam sebuah bisnis MLM menjalankan kewajibannya tersebut. Banyak sekali
terjadi, upline hanya memikirkan kesuksesannya sendiri dengan mengajak
atau merekrut sebanyak mungkin downline sehingga target bisnisnya
tercapai, namun kemudian membiarkan saja para downline-nya tersebut
berjalan sendiri-sendiri, yang pada akhirnya pun “mati” pelan-pelan. Hal
ini seharusnya dihindari para leader di bisnis MLM, agar mereka bisa
memastikan sistemnya benar-benar akan membentuk para upline yang
bertanggung jawab terhadap downline.